Keterlambatan bicara merupakan tanda
dini gangguan spektrum autisme (ASD), tetapi kebanyakan anak dengan ASD
memiliki sedikit kemampuan berbicara, dengan perkiraan 80% anak bisa
menghasilkan lebih dari lima kata. Ekspresi kata-kata mungkin lebih kuat
dibandingkan pemahamannya.
Kata-kata adalah pondasi
penting komunikasi verbal; oleh karena itu, penting untuk dimengerti bagaimana
cara terbaik anak ASD yang verbal mempelajari kata-kata. Dalam makalah ini,
kami menggambarkan komponen dan proses pembelajaran kata-kata dan meringkas
bukti-bukti relevand ari berbagai studi dengan anak ASD.
Apa saja yang terlibat dalam
pembelajaran kata-kata?
Untuk mengetahui sebuah kata
adalah mengetahui struktur suaranya, peran gramatikalnya, maknanya, dan penggunaannya
secara tepat. Dalam laboratorium kami, kami sangat tertarik mengenai apa yang
diketahui anak tentang makna kata-kata dan proses yang terlibat dalam
memperoleh pengetahuan ini.
Proses awal pembelajaran
kata-kata disebut “pemetaan cepat/fast mapping” karena, baik anak maupun orang
dewasa biasanya cepat mengaitkan makna pada suatu kata yang baru dikenal.
Meskipun demikian, pengetahuan ini sangat rentan, karena mudah dilupakan, dan
tidak lengkap, karena tidak memiliki apresiasi sepenuhnya terhadap makna kata
tersebut.
Proses berikutnya dalam
pembelajaran kata-kata adalah “pemetaan lambat/slow mapping”. Dengan
bertambahnya pengalaman dengan kata-kata dalam lingkungan yang bermakna,
individu membentuk memori yang lebih kuat dan pengetahuan yang lebih dalam
mengenai makna kata.
Proses ketiga adalah ekstensi.
Dengan pengecualian nama yang tepat, kata-kata meluas menjadi anggota dari
suatu kategori, bukan hanya objek tunggal. Misalnya, anjing merujuk pada semua
anjing, bukan hanya peliharaan keluarga. Umumnya anak yang berusia 12 bulan
memiliki pemahaman dasar bahwa kata-kata dapat merujuk pada suatu kategori, dan
mereka dapat memperluas kata baru menjadi berbagai objek berdasarkan pemahaman
tersebut.
Bahkan dengan pendekatan umum
ini, beberapa pengalaman tambahan dengan suatu kata dalam berbagai konteks
mungkin dibutuhkan sebelum pengetahuan tentang batas kategori konvensional
tercapai. Pembelajaran ekstensi suatu kata oleh karena itu bisa melibatkan
pemetaan cepat dan lambat. Individu mungkin berasumsi dari perkenalan
pertamanya dengan suatu kata bahwa kata tersebut merujuk pada suatu kategori
benda, bukan hanya satu benda (anjing merujuk pada semua anjing), tetapi ia
membutuhkan pengalaman tambahan untuk dapat menentukan batas dari kategori tersebut
(anjing siberian husky, tetapi bukan serigala) dan sampai esktensi mana
kategori itu tumpang tindih atau tergabung dalam kategori lain (misalnya,
hewan).
Bagaimanan anak mencapai
pemetaan cepat, lambat, dan ekstensi? Kami melihat proses ini sebagai hasil
dari interaksi dinamik antara anak dengan lingkungan linguistik, sosial, dan
fisiknya. Baik anak dan pasangan komunikasinya—orang tua, guru, terapis,
saudara, atau teman—berperan dalam pembentukan dan pengubahan lingkungan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar