Jumat, 28 Oktober 2011

Metode Pengajaran Kata


Keterlambatan bicara merupakan tanda dini gangguan spektrum autisme (ASD), tetapi kebanyakan anak dengan ASD memiliki sedikit kemampuan berbicara, dengan perkiraan 80% anak bisa menghasilkan lebih dari lima kata. Ekspresi kata-kata mungkin lebih kuat dibandingkan pemahamannya.

 Kata-kata adalah pondasi penting komunikasi verbal; oleh karena itu, penting untuk dimengerti bagaimana cara terbaik anak ASD yang verbal mempelajari kata-kata. Dalam makalah ini, kami menggambarkan komponen dan proses pembelajaran kata-kata dan meringkas bukti-bukti relevand ari berbagai studi dengan anak ASD.

 Apa saja yang terlibat dalam pembelajaran kata-kata?
 Untuk mengetahui sebuah kata adalah mengetahui struktur suaranya, peran gramatikalnya, maknanya, dan penggunaannya secara tepat. Dalam laboratorium kami, kami sangat tertarik mengenai apa yang diketahui anak tentang makna kata-kata dan proses yang terlibat dalam memperoleh pengetahuan ini.

 Proses awal pembelajaran kata-kata disebut “pemetaan cepat/fast mapping” karena, baik anak maupun orang dewasa biasanya cepat mengaitkan makna pada suatu kata yang baru dikenal. Meskipun demikian, pengetahuan ini sangat rentan, karena mudah dilupakan, dan tidak lengkap, karena tidak memiliki apresiasi sepenuhnya terhadap makna kata tersebut. 

 Proses berikutnya dalam pembelajaran kata-kata adalah “pemetaan lambat/slow mapping”. Dengan bertambahnya pengalaman dengan kata-kata dalam lingkungan yang bermakna, individu membentuk memori yang lebih kuat dan pengetahuan yang lebih dalam  mengenai makna kata.

Proses ketiga adalah ekstensi. Dengan pengecualian nama yang tepat, kata-kata meluas menjadi anggota dari suatu kategori, bukan hanya objek tunggal. Misalnya, anjing merujuk pada semua anjing, bukan hanya peliharaan keluarga. Umumnya anak yang berusia 12 bulan memiliki pemahaman dasar bahwa kata-kata dapat merujuk pada suatu kategori, dan mereka dapat memperluas kata baru menjadi berbagai objek berdasarkan pemahaman tersebut.

 Bahkan dengan pendekatan umum ini, beberapa pengalaman tambahan dengan suatu kata dalam berbagai konteks mungkin dibutuhkan sebelum pengetahuan tentang batas kategori konvensional tercapai. Pembelajaran ekstensi suatu kata oleh karena itu bisa melibatkan pemetaan cepat dan lambat. Individu mungkin berasumsi dari perkenalan pertamanya dengan suatu kata bahwa kata tersebut merujuk pada suatu kategori benda, bukan hanya satu benda (anjing merujuk pada semua anjing), tetapi ia membutuhkan pengalaman tambahan untuk dapat menentukan batas dari kategori tersebut (anjing siberian husky, tetapi bukan serigala) dan sampai esktensi mana kategori itu tumpang tindih atau tergabung dalam kategori lain (misalnya, hewan).

Bagaimanan anak mencapai pemetaan cepat, lambat, dan ekstensi? Kami melihat proses ini sebagai hasil dari interaksi dinamik antara anak dengan lingkungan linguistik, sosial, dan fisiknya. Baik anak dan pasangan komunikasinya—orang tua, guru, terapis, saudara, atau teman—berperan dalam pembentukan dan pengubahan lingkungan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar