Lingkaran Setan dari Kodepedensi
Semakin
besar perubahan, semakin sulit tantangannya. Tetapi belajar menjadi efektif itu
jawabannya.
Kebiasaan,
suatu usaha yang dilakukan berulang-ulang, berdasarkan kesungguhan.
Menjadi
efektif bukan merupakan suatu pilihan, hal ini merupakan suatu pilihan, hal ini
merupakan harga yang harus di bayar.
Untuk
dapat bertahan hidup, bertumbuh dan berinovasi, menjadi unggul dan terkemuka
tidak hanya harus membangun sebuah keefektivitasan, tetapi harus juga
melampauinya.
Diri
kita sendiri itu terdiri atas bakat, passion, kebutuhan, dan nurani. Hal ini
yang bisa menjadikan kita sukses, ini adalah sebagai tolak ukur kesuksesan di
dalam diri kita.
Seperti
yang di pikirkan oleh Yoga Sutra, ketika terilhami oelh suatu tujuan yang
mulia, suatu proyek yang luar biasa, maka pikiran kita akan menerjang berbagai
pembatasnya. Pikiran kita akan menembus segala keterbatasan tersebut;
kesadaranpun akan meluas ke segala arah. Dan ketika pikiran-kesadaran kita
meluas, kita akan menemukan diri di dunia yang baru, luar biasa dan
mengagumkan.
Begitu
banyak jumlah orang yang berkembang pesat, dengan dihadakan dengan berbagai
pilihan. Tetapi, semua pilihan tersebut memang dihadapkan kembali pada
pengelolaan diri sendiri.
Pekerjaan
pengetahuan yang bermutu, memang sangat berharga. Dan jika kita bisa
mendayagunakan potensi dengan baik, maka kesempatan akan terbuka untuk
menciptakan sebuah nilai.
Banyak
orang yang memegang otoritas tidak mengetahui apa sesungguhnya nilai dan
potensi orang-orang yang ada.
Para
pemegang otoritas tidak memiliki pemahaman utuh dan tepat mengenai kodrat
manusia.
Kekurangpahaman
akan hal ini menghalangi pendayagunaan dari motivasi, bakat dan kecerdasan
tertinggi yang ada.
Berdampak
pada pendepersonalisasian kerja, penciptaan budaya seragam, kekurang percayaan,
dan penuh curiga.
Ternyata
perilaku tersebut berhubungan erat tentang personalita dalam keluarga.
Adanya
perlakuan merendahkan, mengasingkan, mendepersonalisasikan, tingkat kepercayaan
rendah, perlawanan, dan pembangkangan akan terjadi dalam keluarga.
Kebebasan
harus didapatkan, diraih, sebelum akhirnya kemudian kepemimpinan itu menjad
sebuah pilihan.
Keengganan
untuk mengambil inisiatif, bertindak secara independen, dan berharap para
pengikut mau bertindak disebut kodepedensi.
Masing-masing
saling bergantung, kelemahan bertumpuk dan terjadinya pembenaran kesalahan dari
pihak lain.
Budaya
kodependen terus berkembang sehingga terlembagakan sedemikian rupa sampai
dengan titik dimana tidak ada seorang pun yang mau bertanggung jawab.
Dari
hal tersebut mereka saling menggembosi kekuatan mereka dengan percaya bahwa
orang lain harus berubah dulu sebelum lingkungan mereka yang akan berubah
menjadi baik.
Hal
seperti ini terjadi di dalam sebuah siklus di keluarga, di antara orang tua dan
anak.
Pengaruh
buruk dari kodepedensi tersebut menumbuhkan mentalitas berkekurangan.
Scarcity
Mentality menyebabkan orang merasa sulit untuk benar-benar merasa bahagia
ketika orang lain berhasil. Dalam lingkup ruang pribadi, orang yang berbakat,
cerdas, kreatif di setiap tingkatnya menjadi merasa kurang dihargai dan tidak
terinspirasi.
Kembali
kepada percaya diri sendiri, bahwa diri kita punya kekuatan dan kemampuan untuk
mengubah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar