KEBIASAAN adalah suatu usaha
yang kita lakukan berdasarkan kesungguhan yang dilakukan berulang-ulang.
Seven habits ini adalah buku monumental
yang menekankan pada ketulusan, bukan perilaku instant yang dibuat-buat tanpa
motivasi yang tulus. Walaupun Covey telah mengeluarkan buku baru 8 habbits,
rasanya buku lamanya ini masih layak untuk dibaca ulang. Tetapi, mungkin hal
ini hanya berlaku dengan orang yang memang benar menyukai tema ini.
Perubahan, prinsip dan pilihan.
Ketiga hal itu adalah sesuatu yang terus ada di dunia ini.
Perubahan terus terjadi di
dunia, seiring dengan waktu, maka perubahan terus terjadi.namun prinsip-prinsip
tidak berubah. Seperti contohnya: prinsip-prinsip kesopanan, kejujuran,
keberanian, dan kebaikan hati, yang merupakan dasar yang kokoh untuk membangun
karakter manusia seutuhnya.
Pilihan selalu dimiliki oleh
setiap manusia.
Seseorang yang dimaki-maki
orang lain --tak mesti harus sakit hati-- dia sebenarnya memiliki
pilihan-pilihan untuk memberi respon. Dia bisa sakit hati, marah, balas
memaki-maki, bahkan menonjok si pelaku, Namun dapat juga diam dan tersenyum
seraya menganggap si orang yang memaki-maki sedang mengalami hari yang buruk.
Manusia bebas memilih, namun manusia akan selalu menanggung resiko dan tak bisa
lepas dari akibat yang ditimbulkan oleh pilihan-pilihannya.
Manusia yang proaktif adalah
seorang manusia yang berkemampuan memilih respon sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut. Sedang sikap reaktif adalah respon yang didasarkan pada perasaan,
keadaan atau suasana hati.
Apa sih yang ingin kita capai
dalam hidup kita selama ini, bagaimana ya kira-kira untuk mencapai tujuan kita
itu? Nah, dengan menuliskan sebuah tujuan akhir kita sebagai sesuatu yang bisa
kita sebut sebagai visi kita, kemudian barulah kita tentukan langkah-langkah
untuk mencapai tujuan. Menyelaraskan kegiatan sehari-hari kita dengan tujuan
yang telah kita tentukan tersebut.
Harus dibiasakan untuk
mendahulukan pekerjaan ataupun sesuat hal
yang paling penting. First thing
first. Jika kita termasuk pribadi yang kerap melakukan hal yang penting
dan mendesak ini kemungkinan
besar karena kita termasuk
orang yang terlalu banyak menunda-nunda pekerjaan dan mengabaikan perencanaan
dan pencegahan. Misalnya: kehabisan bensin, terburu-buru untuk menghadiri
rapat.
Anda
mempunyai banyak Hal yang penting dan tidak mendesak? Selamat! Karena, idealnya memang orang menghabiskan sebagian besar
waktunya di sini. Belajar, evaluasi, perencanaan yang baik, olahraga, membina
hubungan baik dengan orang lain, termasuk dalam fase ini. Misal: Belajar,
Pelatihan, Olah raga 3 kali seminggu, Membina hubungan, Preventive maintenance,
Memulai pekerjaan jauh sebelum batas waktu habis.
Anda
mempunyai banyak Hal yang tidak mendesak dan tidak penting? Selamat juga
bagi anda kalau begitu, selamat untuk tidak dapat menghasilkan apa-apa pada
akhirnya. Di
sinilah tempat orang-orang pemalas menghabiskan waktu. Baca koran berlebihan
dengan alasan cari informasi, nonton TV berlebihan, ngobrol dengan relasi
berlebihan. Hal-hal yang dalam jangka pendek menyenangkan untuk dilakukan.
Memang hal seperti ini sangat
menyenangkan, tetapi tidak ada manfaatnya untuk jangka panjang. Misal: Telpon tak penting, Tak bisa menolak ajakan
orang, Banyak main games, Banyak membaca koran/majalah, Banyak nonton TV,
Banyak ngobrol, Tidur melulu, Banyak jalan-jalan.
7 Habits of Highly Effective People atau 7 Kebiasaan manusia
yang sangat efektif ditulis oleh Dr. Stephen R Covey. Buku ini diterbitkan
pertama kali pada tahun 1989 dan sudah dicetak melebihi 15 juta ekslempar pada
tahun 2004 serta telah diterjemahkan ke dalam 38 bahasa (termasuk bahasa
indonesia).
Dr Covey sendiri dinobatkan sebagai salah seorang (dari 25) yang
sangat mempengaruhi Amerika oleh “Time Magazine” pada tahun 1996. Selain itu,
Dr Covey juga menulis sebuah buku (bersama dengan A.Roger & Rebecca R
Merrill) yang juga tidak kalah terkenalnya yaitu First Thing First
Pertama kali membuka buku 7 Habit ini, saya langsung
disuguhi dengan definisi paradigma atau sudut pandang. Apa yang kita lihat
belum tentu sama dengan yang dilihat oleh orang lain, teman kita, atau bahkan
orang yang duduk di sebelah kita. Sekalipun obyek yang kita lihat sama, hasil
atau respon yang muncul tidak selalu sama. Inilah kekuatan sebuah paradigma.
Jika kita tidak mengerti paradigma orang lain maka kita akan berpikiran bahwa
orang ini aneh, freak, atau seenaknya sendiri. Demikian pula dengan orang lain
yang tidak bisa memahami paradigma berpikir kita. Berusaha memaksakan sudut
pandang kita kepada mereka akan menghasilkan perdebatan dan permusuhan,
sebaliknya jika kita berusaha memahami paradigma mereka maka kita akan mengerti
mereka, menyelami mereka, dan mendapatkan hubungan yang lebih menyenangkan.
Pertanyaannya adalah paradigma siapa yang lebih benar ? Adakah
standar yang sama untuk menilai sudut pandang seseorang ? Inilah yang akan
dibahas dalam buku 7 Habits of Highly Effective People. Kita harus merubah
sudut pandang dan cara berpikir kita terlebih dulu supaya bisa menjadi
seseorang yang sangat efektif.
Dan langkah pertama yang harus kita lakukan adalah merubah diri
kita sendiri. Perubahan ini akan dirasakan oleh orang di sekitar kita yang
kemudian dengan sendirinya akan berubah seiring dengan peningkatan kemampuan
kita. Langkah terakhir adalah menjaga keseimbangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar