Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembar siam. Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda; memiliki kelebihan, bakat dan minat sendiri. Ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula yang berbakat menari, matematika, bahasa, dan adapula yang berbakat olah raga. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas, ada yang biasa saja, dan ada yang kurang cerdas. Perilaku anak juga beragam, demikian pula langgam belajarnya. Oleh karena itu para pendidik anak usia dini perlu mengenal pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus. Dengan memahami kebutuhan khusus setiap anak diharapkan para guru mampu mengembangkan potensi anak dengan baik.
Ki Hadjar
Dewantara(1957) merangkum semua potensi anak menjadi cipta, rasa, dan karsa.
Teori Multiple Intelligencies (Kecerdasan
Ganda) dari Gardner (1998) menyatakan ada delapan tipe kecerdasan. Biasanya
seorang anak memiliki satu atau lebih kecerdasan, tetapi amat jarang yang
memiliki secara sempurna delapan kecerdasan tersebut.
Pendidikan untuk Anak Usia Dini bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat
berkembang secara optimal sesuai tipe kecerdasannya. Oleh karena itu guru harus
memahami kebutuhan khusus dan kebutuhan individual anak. Memang disadari ada
faktor-faktor pembatas, yaitu faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah
dalam diri anak yaitu faktor genetis. Oleh karenanya Pendidikan Anak Usia Dini diarahkan untuk
memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan belajar dan bimbingan belajar yang
tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya.
Anak
usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak
prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagai
modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir
tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel
syaraf otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada
teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah
tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun.
Anak
usia dini juga sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
mental yang sangat pesat. Sel-sel tubuh anak tumbuh dan berkembang amat cepat.
Tahap awal perkembangan janin sangat penting untuk pengembangan sel-sel otak,
bahkan pada saat lahir jumlah sel otak tidak bertambah lagi.
Selanjutnya
setelah lahir terjadi proses mielinasi dari sel-sel syaraf dan pembentukan
hubungan antar sel syaraf, dua hal yang sangat penting dalam pembentukan
kecerdasan. Makanan bergizi dan seimbang serta stimulai pikiran sangat
diperlukan untuk mendukung proses tersebut. Selain pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak, dan
akhlak), sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsung amat
pesat. Oleh karena itu usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut tahun emas atau golden age.
Oleh
karena itu jika ingin mengembangkan bangsa yang cerdas, beriman dan bertaqwa,
serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari usia dini. Itulah sebabnya negara-negara
maju amat serius mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini, yang tidak dianggap sebagai pelengkap, tetapi
sama pentingnya dengan pendidikan SD atau sekolah menengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar