Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Desember 2011

Kepala Sekolah ituuuuu


Lembaga pendidikan dasar sering dipaksa untuk berurusan dengan masalah internal dan eksternal berulang. Bagaimana masalah ini diselesaikan adalah sangat tergantung pada kualitas pribadi kepala individu mengungkapkan dalam gaya kepemimpinan. Sebagai pemimpin yang diakui di sekolah, kepala sekolah memiliki banyak tanggung jawab dan akuntabilitas dalam organisasi. Posisi sangat penting untuk pengembangan organisasi dan pertumbuhan akademik para siswa, karena kepala sekolah biasanya sumber utama dan kekuatan pendorong yang menopang kesejahteraan.

Sebagai isu kepemimpinan terus berada di garis depan pendidikan, adalah penting bahwa penelitian tentang tanggapan kepala sekolah sebagai pelatihan kepemimpinan.

Peran kepala sekolah bisa mengakibatkan terlalu banyak tekanan pada psikologis dan kesejahteraan sosial guru, yang pada gilirannya, bisa membahayakan keberadaan menguntungkan sekolah. Peran kepemimpinan pendidikan menurut Hukum dan Glover (2000) mengambil bentuk menjadi profesional terkemuka yang bertindak sebagai mentor, pendidik, penasehat, duta besar dan mengadvokasi, serta menjadi CEO, yang bertindak sebagai strategi, manajer, petugas arbiter, eksekutif dan diplomat.

Sangat sering, kapasitas yang ada pada kepala sekolah tidak bisa sama dengan kapasitas yang diperlukan (dari apa tuntutan sekolah) untuk melakukan tugas, sehingga menciptakan kesenjangan dalam kinerja mereka. Kepala Sekolah yang mengalami kesenjangan yang persisten antara kapasitas yang ada dan kapasitas yang diperlukan merupakan indikasi ketidakmampuan mereka untuk memenuhi potensi mereka, sebagai akibatnya, menurunkan kinerja mereka dalam hal akal, penyesuaian terhadap perubahan dengan ide-ide baru, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, optimisme dan kesehatan.

Kebanyakan pelaku tertekan oleh beban kronis oleh tuntutan untuk melakukan dengan kapasitas maksimal manusia mereka, hanya mempermudah dari apa yang dituntut pada saat paling penting.

Saat ini, sekolah menghadapi banyak masalah dan kesulitan yang muncul pada pemimpin pendidikan harus bersaing. Muncul problem seperti masalah akademis, kecanduan narkoba, kehamilan dini, masalah orang tua, intimidasi, dan disiplin adalah yang paling umum.

Selain ini, menurut Senge (1999), kemajuan dan perubahan dalam teknologi, ilmu pengetahuan, nilai, lingkungan, dan hubungan internasional mengadakan berbagai beragam tantangan dan kemalangan dalam pendidikan. Bagaimana seorang pemimpin merespons masalah ini tidak hanya mempengaruhi kinerja pemimpin, tetapi juga kinerja mereka yang memimpin. Belajar untuk menghadapi kesulitan dalam organisasi dalam kehidupan karir seseorang merupakan elemen penting dari kepemimpinan yang efektif (Wallington, 2004).

Menurut teori Stoltz, Adversity Quotient pemimpin harus bisa efektif merespon kesulitan yang berlaku dalam pekerjaan dan dalam kehidupan sehingga menjadi pemimpin hari ini dan besok.



Informasi penting yang dikumpulkan untuk membantu dalam menemukan sumber daya yang tersembunyi, yang bisa mengeja keberhasilan atau kegagalan kinerja kepemimpinan mereka secara praktek.

Melalui penelitian ini, peneliti mampu menentukan jenis kepemimpinan pendidikan yang saat ini digunakan oleh kepala sekolah di sekolah swasta. Para peneliti menemukan sangat menarik untuk mempelajari hubungan kepemimpinan AQ dan pendidikan dalam hal gaya kepemimpinan, kinerja sekolah dan praktek-praktek yang berlaku untuk sekolah swasta, karena sifat pekerjaannya yang mengharuskan dia untuk bekerja sama dengan kepala sekolah di sekolahnya.

Pemimpin ituuuu


Seharusnya di malam minggu bertemu dengan banyak orang, tapi di suatu sudut kafe di sebuah mall di kawasan Kuningan, kami bertiga (lebih tepatnya aku hanya sebagai pendengar saja sih dalam hal ini, karena mereka berdua berdiskusi tentang para karyawan sih. Hehhe.. )

Sambil menghela napas, karena lumayan berat aku rasa, karena seputar kepemimpinan nih. Tapi pas sekali untuk aku yang sedang membaca tentang hal ini, tertarik juga dengan ini dan ingin membuat tulisan tentang ini.

Kepemimpinan berhubungan erat dengan adversity quotient, bisa dilihat dari beberapa penelitian antara keterkaitan AQ ini yang dilihat dari gaya kepemimpinan seseorang.

Seorang yang bisa dibilang pemimpin adalah seseorang yang bisa mengubah hambatan menjadi suatu peluang. Dengan terus mencari cara dan solusi yang terbaik. Selalu mencari cara untuk setiap kesulitan untuk sebuah kesuksesan.

Bagaimana sih untuk mempekerjakan dan mempertahankan pekerja yang sangat termotivasi dan berbakat, mengembangkan karyawan untuk potensi penuh mereka, serta menciptakan budaya kepemimpinan yang mendorong semua untuk mengajukan upaya terbaik mereka dan memaksimalkan kemampuan kinerja mereka?

Mempekerjakan dan mempertahankan pekerja yang sangat termotivasi dan berbakat itu bisa dipancing dari pemenuhan kesejahteraan mereka terlebih dahulu. Para pekerja akan mencari kenyamanan dalam mencari suatu posisi dalam pekerjaan tersebut. Kenyamanan seperti apa? Yaitu kesejahteraan dalam kehidupan pribadinya, yang membuat mereka tidak usah berpikir dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti contohnya, dengan adanya pemenuhan dalam hal kesehatan. Karena seorang manusia, terkadang tidak semuanya mempunyai kesehatan fisik yang sempurna. Adakalanya fisik menurun sehingga mau tidak mau harus memeriksakan kesehatannya ke dokter/RS. Dan seorang pekerja harus mempunyai jaminan atas keterjaminan kesehatannya secara pribadi.
Ditambah lagi dengan perubahan waktu yang mengharuskan manusia untuk berkembang dan bereproduksi. Dengan adanya anggota keluarga, yang harus di jamin juga kesehatan serta pendidikannya.

Jika kesemuanya ini sudah terpenuhi, dipastikan bahwa seorang karyawan akan mengeluarkan secara penuh potensi mereka dan secara otomatis memaksimalkan juga kemampuan kinerja mereka.

Tetapi, bagaimana sekarang ini menciptakan budaya kepemimpinan yang bisa mendorong para karyawannya untuk semaksimal mungkin di dalam perusahaan tempat dia bekerja.

Menurutku pribadi, seorang pemimpin itu ibarat seorang ayah dalam sebuah keluarga, dan budaya yang turun temurun di dalam keluarga tersebut. Memang tidak bisa disamakan, tetapi, jika ingin memaksimalkan kemampuan karawan, seorang pemimpin juga harus memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk bisa mensejahterakan para karyawannya. Itu saja. Sederhana.

“Tidak akan pernah bisa jika mengharapkan sesuatu yang baik tanpa kita berbuat baik terlebih dahulu.”

Sabtu, 29 Oktober 2011

Komponen Yang Terkait dalam Pendidikan Anak Usia Dini


Beberapa komponen yang terkait dengan pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut.

a.   Kurikulum Pendidikan untuk Anak Usia Dini

Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh seuai kultur, budaya, dan falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk menenamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa.

b.   Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi
(1) moral dan nilai-nilai agama,
(2) sosial- emosional,
(3) kognitif (intelektual),
(4) bahasa,
(5) Fisik-motorik,
(6) Seni.

Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak mengajarkan bidang studi secara terpisah. Satu kegiatan dapat menjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak. Bermain sambil belajar, dimana esensi bermain menjiwai setiap kegiatan pembelajaran amat penting bagi anak usia dini. Esensi bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdeka menjadi jiwa setiap kegiatan. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal.

Materi pembelajaran dari Pendidikan Anak Usia Dini juga amat variatif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa pada tahap pendidikan ini hanya mengembangkan logika berpikir, berperilaku, dan berkreasi. Adapula yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini ini juga mempersiapkan anak untuk siap belajar (ready to learn); yaitu siap belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula yang menyatakan bahwa materi pembelajaran bebas, yang penting pada anak usia dini ini adalah untuk mengembangkan aspek moral-agama, emosional, sosial, fisik-motorik, kemampuan berbahasa, seni, dan intelektual. Pendidikan Anak Usia Dini membimbing anak yang premoral agar berkembang ke arah moral realism dan moral relativism.

Pembelajaran membimbing anak dari yang bersifat egosentris-individual, ke arah prososial, dan sosial-komunal. Pembelajaran juga melatih anak menganal jati dirinya (self identity), menghargai dirinya (self esteem), dan kemampuan akan dirinya (self efficacy). Banyak pertanyaan dari guru dan orangtua tentang bolehkan mengajarkan anak berhitung, membaca, dan menulis. Bukannya tidak boleh mengajarkan semua itu, tetapi yang penting ialah anak sudah siap dan guru menggunakan cara-cara yang sesuai untuk belajar anak.

       c. Asesmen Otentik

Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan Asesmen Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam berbagai konteks, dan berdasarkan apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru dan orangtua dapat memberi bantuan belajar yang pas sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu asesmen otentik dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.

Hasil karya anak, hasil pengamatan guru, dan informasi dari orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan belajar anak. Berbagai teknik dan instrumen asesmen, seperti catatan anekdot (anecdotal record), catatan narative (narrative record), catatan cepat (running record), sample kegiatan (event sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk memantau perkembangan anak.

       d.  Pemanfaatan Teknologi

Pemanfaatan teknologi untuk optimalisasi pembelajaran anak di era global juga disertakan untuk membekali para calon guru bagaimana menggunakan teknologi canggih untuk membelajarkan anak. Salah satu ciri masyarakat modern ialah melek teknologi. Untuk itu sejak anak-anak mereka perlu diperkenalkan dengan produk teknologi agar dapat beradaptasi secara aman dan ketertarikan untuk mengembangkannya kelas. TV, Video, Radio, Kalkulator, Kulkas, Kompor gas, Kamera, Dispenser, Mobil, Motor, dan Komputer merupakan barang keseharian yang dijumpai anak. Untuk mengenalkan teknologi kepada anak, sekolah perlu bekerjasama dengan orangtua dan masyarakat di sekitar sekolah.

Pengenalan teknologi diharapkan akan memberi wawasan dan juga menarik anak untuk mengembangkan cita-cita (learning to be) untuk menjadi ahli dalam teknologi atau ahli dalam bidang tertentu. Sesuai dengan bakat dan minatnya kelak anak ada yang menjadi ahli pertanian, ahli komputer, ahli radio, ahli motor bakar, dan sebagainya. Produk teknologi, di samping segi positifnya, juga memiliki segi negatif bila tidak digunakan dengan benar. Banyak acara TV, program tayangan dalam bentuk VCD, DVD program dan internat yang tidak baik untuk anak usia dini. Untuk itu guru dan orangtua perlu memahami
bagaimana cara menggunakan produk teknologi dengan benar agar tidak memberi efek negatif pada anak.

         e. Kerjasama Sekolah-Masyarakat

Institusi dan Guru tidak bisa bekerja sendiri, tetapi harus menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai elemen, baik dengan kelompok profesional yang menitikberatkan pada Pendidikan Usia Dini, dengan orangtua anak, dengan dokter atau Puskesmas, Posyandu, dan dengan masyarakat. Sekolah amat terbatas dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak. Peranan orangtua dan masyarakat di sekitar sekolah maupun secara luas amat diperlukan. Untuk itu kerjasama antar guru di dalam satu sekolah, dalam profesi, dan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat sangat diperlukan.

Berbagai fasilitas yang ada di masyarakat, seperti kebun, perikanan, pertanian, bengkel, perpustakaan, bank, stasiun kereta api, dan instansi lainnya sangat penting untuk PAUD. PAUD sebaiknya memberi kaya pengalaman belajar pada anak dengan multikonteks seperti tersebut. Trilogi pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu kerjasama yang baik ketiga unsur tersebut dalam PAUD sangat diperlukan

       f. Model-model Kurikulum PAUD

Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah dan mengembangkan berbagai interaksi edukatif antara anak usia dini dengan pendidik untuk mencapai tumbuh kembang potensi anak secara optimal. Studi literatur menunjukkan bahwa ilmu pendidikan anak usia dini menyajikan berbagai kajian akademik tentang berbagai model isi dan proses pendidikan yang dapat diberikan dan dikembangkan pada anak usia dini. Uraian pada bab 3 telah memberikan beberapa model yang dapat diterapkan dan dikembangkan oleh para akademisi dan praktisi pendidikan anak usia dini pada berbagai seting kelembagaan.

Sebagai rumpum keilmuan, pendidikan anak usia dini memiliki kerangka ontologis, epistimologis dan aksiologis yang merupakan dasar suatu ilmu. Kerangka ontologis pendidikan anak usia dini mencakup berbagai interaksi edukatif pada wilayah situasi pendidikan (keluarga, masyarakat dan sekolah). Kajian ontologis ini memberikan keluasan wilayah terapan dan pengembangan ilmu pendidikan anak usia dini sehingga akan memiliki nilai guna (aksiologis) yang luas untuk berbagai kepentingan dan tujuan.

Pendidikan anak usia dini secara akademik dan praksis dapat dipelajari, ditelah dan diterapkan serta dikembangkan dalam seting keluarga. Interaksi edukatif antara anak usia dini dengan orang dewasa dalam keluarga merupakan salah satu bentuk kajian khusus yang memberikan gambaran tentang isi dan proses pendidikan yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam seting keluarga. Nilai aksiologis dari gambaran isi dan proses pendidikan anak usia dini dalam keluarga dapat dijadikan panduan dan perbandingan bagi orang tua maupun calon orang tua untuk membimbing dan membina tumbuh kembang anak secara optimal dalam lingkungan keluarga.

Ilmu pendidikan anak usia dini juga memberikan gambaran akademis dan praksis tentang isi dan proses pendidikan yang terjadi antara anak usia dini dengan lingkungan masyarakat. Pada lingkungan masyarakat ini sudah mulai muncul berbagai lembaga pendidikan non formal yang memberikan perhatian khusus pada pengembangan anak usia dini, seperti Bina Keluarga Balita, Posyandu, Taman Bermain, Sanggar Kreatvitas anak dan Taman Pengasuhan Anak.

Lembaga semi formal ini sudah tentu perlu dan harus mempelajari dan menerapkan berbagai isi dan proses pendidikan pada anak usia dini dengan benar sesuai dengan rujukan akademis yang secara khusus mempelajari hal tersebut.

Disamping itu, rumpun ilmu pendidikan anak usia dini juga memberikan gambaran akademis dan praksis tentang isi dan proses pendidikan dalam seting persekolahan. Paradigma sekolah pada anak usia ini telah dipelajari, diteliti dan dikembangkan oleh para ahli dengan menggunakan kerangka filosofis, model dan pendekatan yang beraneka ragam. Keragaman ini memberikan pilihan model untuk diterapkan dan dikembangkan oleh para akademisi dan praktisi pendidikan anak usia dini yang bekerja pada seting sekolah seperti Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Kelas awal (primary grade).


Kondisi Pembelajaran Anak yang Nyaman


Untuk kondisi dalam pembelajaran anak, lingkungan perlu ditata agar kondusif untuk belajar. Penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini amat penting untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Di rumah, anak-anak memerlukan mainan yang tidak perlu mahal tetapi baik dan aman untuk belajar anak.

Di sekolah anak-anak juga perlu mainan yang aman dan baik untuk belajar. Berbagai alat permainan dan fungsinya bagi  perlu dipahami dan digunakan dengan cara yang benar. Para guru perlu memahami peranan “Pojok Belajar” (Learning Center dan Learning Area), bagaimana cara menyusunnya, apa saja isinya, dan bagaimana penggunaannya. Penataan kelas juga amat penting. Di TK dan SD awal anak-anak belajar dalam kelas dan di luar kelas. Penataan kelas, isi kelas, dan fungsinya sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak.

Halaman sekolah didisain dengan baik agar berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar anak. Berbagai jenis alat permainan yang mengembangkan motorik kasar atau otot-otot besar yang diperlukan untuk membentuk fisik anak agar tumbuh dengan baik.

Alat permainan untuk mengembangkan kemampuan dasar anak seperti kekuatan, ketahanan, keseimbangan, kecekatan/ketangkasan, dan koordinasi sangat diperlukan. Lingkungan belajar juga harus memberi pengalaman belajar yang menarik dan kaya ragam bagi anak. Mengamati perkembangan anak ayam, kucing, atau hewan yang lain amat menarik bagi anak.

Demikian pula pengalaman menanam, menyirami, dan memupuk tanaman. Akuarium dan terarium sama menariknya bagi anak dengan pasel dan game. Untuk itu guru dan orangtua perlu memahami seting lingkungan belajar anak usia dini.

Cara Belajar


Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri. Bermain merupakan cara belajar yang sangat penting bagi anak usia dini. Sering guru dan orangtua mengajarkan anak sesuai dengan jalan pikiran orang dewasa, seperti melarang anak untuk bermain. Akibatnya apa yang diajarkan orangtua sulit diterima anak dan banyak hal yang disukai oleh anak dilarang oleh orangtua; sebaliknya banyak hal yang disukai orangtua tidak disukai anak. Untuk itu orangtua dan guru anak usia dini perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat Pendidikan Anak Usia Dini agar dapat memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.

Berbagai teori belajar pada anak seperti teori Piaget, Vygotsky, Montessori, Bandura, Case, Bruner, dan Smilansky menjelaskan cara belajar anak dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu teori belajar tersebut perlu dipilih dan disesuaikan dengan karakteristk anak serta materi ajarnya. Modalitas belajar anak juga berbeda-beda, sehingga cara anak belajar berbeda pula. Anak tipe auditif, misalnya, berbeda cara belajarnya dengan tipe visual dan kinestetik. Untuk itu guru dan orangtua perlu memahami karakteristik anak agar dapat memberi bantuan belajar yang paling tepat..

Ilmu Pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi; salah satunya yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan. Pendidikan untuk anak usia dini ini telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara- negara maju karena mengembangkan sumberdaya manusia lebih mudah jika dilakukan sejak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini adalah ilmu multi dan interdisipliner, artinya tersusun oleh banyak disiplin ilmu yang saling terkait. Ilmu Psikologi perkembangan, ilmu Pendidikan, Neurosains, ilmu Bahasa, ilm Seni, ilmu Gizi, ilmu Biologi perkembangan anak, dan ilmu-ilmu terkait lainnya saling terintegrasi untuk membahas setiap persoalan. Untuk mengembangkan kemampan intelektual anak, diperlukan berbagai kegiatan yang dilandasi dengan ilmu psikologi, ilmu pendidikan, ilmu matematika untuk anak, sains untuk anak, dan seterusnya.