Seharusnya di malam
minggu bertemu dengan banyak orang, tapi di suatu sudut kafe di sebuah mall di
kawasan Kuningan, kami bertiga (lebih tepatnya aku hanya sebagai pendengar saja
sih dalam hal ini, karena mereka berdua berdiskusi tentang para karyawan sih.
Hehhe.. )
Sambil menghela
napas, karena lumayan berat aku rasa, karena seputar kepemimpinan nih. Tapi pas
sekali untuk aku yang sedang membaca tentang hal ini, tertarik juga dengan ini
dan ingin membuat tulisan tentang ini.
Kepemimpinan
berhubungan erat dengan adversity quotient, bisa dilihat dari beberapa
penelitian antara keterkaitan AQ ini yang dilihat dari gaya kepemimpinan
seseorang.
Seorang yang bisa
dibilang pemimpin adalah seseorang yang bisa mengubah hambatan menjadi suatu
peluang. Dengan terus mencari cara dan solusi yang terbaik. Selalu mencari cara
untuk setiap kesulitan untuk sebuah kesuksesan.
Bagaimana sih untuk
mempekerjakan dan mempertahankan pekerja
yang sangat termotivasi dan
berbakat, mengembangkan karyawan untuk potensi penuh mereka, serta menciptakan budaya
kepemimpinan yang mendorong semua
untuk mengajukan upaya terbaik mereka dan memaksimalkan kemampuan kinerja mereka?
Mempekerjakan dan mempertahankan pekerja yang sangat termotivasi dan
berbakat itu bisa dipancing dari pemenuhan kesejahteraan mereka terlebih
dahulu. Para pekerja akan mencari kenyamanan dalam mencari suatu posisi dalam
pekerjaan tersebut. Kenyamanan seperti apa? Yaitu kesejahteraan dalam kehidupan
pribadinya, yang membuat mereka tidak usah berpikir dan mencari cara untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti contohnya, dengan adanya pemenuhan dalam
hal kesehatan. Karena seorang manusia, terkadang tidak semuanya mempunyai
kesehatan fisik yang sempurna. Adakalanya fisik menurun sehingga mau tidak mau
harus memeriksakan kesehatannya ke dokter/RS. Dan seorang pekerja harus
mempunyai jaminan atas keterjaminan kesehatannya secara pribadi.
Ditambah lagi dengan perubahan waktu yang mengharuskan manusia untuk
berkembang dan bereproduksi. Dengan adanya anggota keluarga, yang harus di
jamin juga kesehatan serta pendidikannya.
Jika kesemuanya ini sudah terpenuhi, dipastikan bahwa seorang karyawan akan
mengeluarkan secara penuh potensi mereka dan secara otomatis memaksimalkan juga
kemampuan kinerja mereka.
Tetapi, bagaimana sekarang ini menciptakan budaya kepemimpinan yang bisa
mendorong para karyawannya untuk semaksimal mungkin di dalam perusahaan tempat
dia bekerja.
Menurutku pribadi, seorang pemimpin itu ibarat seorang ayah dalam sebuah
keluarga, dan budaya yang turun temurun di dalam keluarga tersebut. Memang
tidak bisa disamakan, tetapi, jika ingin memaksimalkan kemampuan karawan,
seorang pemimpin juga harus memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk bisa
mensejahterakan para karyawannya. Itu saja. Sederhana.
“Tidak akan pernah bisa jika mengharapkan sesuatu yang baik tanpa kita
berbuat baik terlebih dahulu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar